Sekali Mendaki, Puncak Raung (3336 MPDL) Terlampaui









IINFORMASI UMUM





Gunung raung (3344 MDPL) merupakan gunung tertinggi ke dua di Jawa Timur setelah gunung Semeru. Lokasinya meliputi tiga wilayah kabupaten, yaitu Banyuwangi, Bondowoso dan Jember. Secara geografis, gunung ini adalah bagian dari pegunungan ijen dan puncaknya adalah yang tertinggi. Raung memiliki kaldera kering yang besar, menurut  berbagai sumber, kaldera gunung Raung merupakan yang terbesar ke dua di Indonesia setelah gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat.






Untuk mendaki gunung Raung, terdapat dua alternatif jalur pendakian, yaitu:




1. Pendakian via Banyuwangi (Kalibaru)

Pendakian melalui kalibaru akan menuju 4 puncak, yaitu Puncak Bendera, Puncak 17, Puncak Tusuk Gigi dan Puncak Sejati (3344 MPDL) yang merupakan puncak tertinggi. Perlu persiapan yang matang untuk melalui jalur pendakian ini karena treknya yang ekstrim. Peralatan climbing dibutuhkan untuk menuju puncak, jadi tidak disarankan untuk pendaki pemula melalui jalur pendakian ini. 




2. Pendakian via Bondowoso (Sumber Wringin). 


Puncak yang akan dituju melalui jalur pendakian ini adalah puncak Bayangan (3336 MPDL), bisa saja lanjut ke puncak tusuk gigi tapi memerlukan peralatan climbing yang memadai.





PERJALANAN





Rencana ini dicetuskan pertama kali oleh seorang teman, sebut saja si partner in crime. Awalnya ada beberapa orang yang berminat ikut, namun semakin mendekati hari keberangkatan hanya tiga orang yang tersisa. Ide gilanya adalah, kita nekat mau muncak bertiga. Untung saja ide itu nggak terlaksana. Secara ajaib, kita ketambahan 2 bocah lagi. Jadi dalam perjalanan ini ada lima orang yang fix muncak.





Tanggal 30 Desember 2016, Jum'at sore sepulang kantor saya langsung menuju Terminal Bungurasih untuk bertolak ke Bondowoso. Sampai di rumah jam 12 malam dan langsung packing. Saya tidur sekitar jam 00.30 WIB. Jam 4 pagi bangun, melengkapi persiapan semalam dan menunggu bocah-bocah mempersiapkan diri. Mereka adalah adik saya dan dua orang teman kuliahnya. Kita selesai mempersiapkan segalanya jam 6 pagi dan langsung berangkat menuju Basecamp Gunung Raung di desa Sumber WringinSi partner in crime sudah siap dari jam 3 pagi dan ketika kita berangkat dari rumah dia sudah nongkrong di basecamp bersama bapak-bapak ojek yang ternyata juga sudah menunggu kita dari jam 5 pagi. (emji banget)





Dalam perjalanan menuju basecamp kita masih mampir indomart, cari toko buat beli jas hujan dan beras, nunggu bocah-bocah buang hajat, dan segala kerempongannya hingga akhirnya kita sampai di basecamp sekitar jam 7 pagi. Kita diwajibkan mengisi buku tamu terlebih dahulu. Motor dititipkan di sini karena kita akan naik ojek menuju start pendakian. Tidak ada biaya administrasi untuk ijin pendakian di sini, tapi kita boleh memberi uang seiklasnya untuk penjaga basecamp.





Setelah semua siap, berangkatlah kita berlima dengan abang ojek yang kece badai jokinya. Jalan kecil menanjak di tengah perkebunan dilibas tanpa ragu. Nggak rugi bayar 50 ribu rupiah, daripada jalan kaki selama 3 jam. Ya, selain naik ojek kamu bisa berjalan kaki. Motor dititipkan di pondok motor, yaitu di rumah warga yang berada di kampung terakhir.





Pondok Kopi - Pondok Sumur





Selama kurang lebih satu jam bersama bapak ojek, akhirnya kita sampai di pondok kopi. Inilah start perjalanan kita menuju pos pertama yaitu Pondok sumur. Tepat pukul 08.00 WIB perjalanan dimulai. Diawali dengan perladangan, Lama-kelamaan jalan mulai menanjak memasuki hutan dengan tumbuhan yang rimbun.



Sekitar jam 9 kita telah sampai di tempat yang agak lapang. Kelihatannya seperti pos tapi nggak ada tulisannya. Seneng banget lho kita, nggak nyangka secepat itu sampai Pos Sumur. Lanjut perjalanan, sekitar satu jam kemudian kita bertemu lagi dengan tanah yang agak luas. Kita agak kebingungan di sini. Ini pos apa bukan sih? Lanjut lagi perjalanan, kita bertemu dengan tempat yang serupa. Setelah agak lama istirahat di sini,  saya dan salah satu teman jalan duluan. Tanpa diduga salah satu dari kita yang masih istirahat bertemu dengan seorang porter dan porter itu bilang kalau pos sumur masih jauh di atas sana.





Yaelah, mental down banget, Padahal udah jalan nanjak selama 3 jam belum juga sampai Pos Sumur. Kita melanjutkan perjalanan selama hampir dua jam, dan sekitar jam 12.45 WIB kita sampai di tempat yang lapang dengan tulisan PONDOK SUMUR 1750 MPDL. Akhirnya....







Pondok Sumur




Porter dan rombongannya tiba tak lama setelah kita beristirahat. Tim pendaki asal jember itu melihat kita kelelahan sekali, lalu bertanya apa saja yang kita bawa. Bawaan kita memang banyak banget, terutama air. Setiap orang dari kita membawa 5-8 botol air ukuran 1500ml. Saya yang paling sedikit, 5 botol air, yang artinya ada 7,5 liter air di pundak ini (lelah). Kita persiapan banyak air karena kabarnya di gunung Raung tidak ada sumber mata air.



Ternyata eh ternyata, Om yang sudah mendaki raung sebanyak 13 kali, 14 kali dengan yang ia lakukan saat ini, dia bilang, "Siapa bilang nggak ada mata air? Pondok sumur ini ada mata air, kamu tinggal turun di bawah situ". Emji........ Muka kita semua langsung kosong. Hahaha. Akhirnya agar tidak terlalu berat beban hidup ini, beberapa botol air kita tinggal di pondok sumur. Berhubung pendaki gunung raung tidak ramai seperti jalur pendakian semeru, air ini aman sampai kita turun kembali, taruhnya di semak-semak.





Pondok Sumur - Pondok Ponyok - Pondok Demit





Setelah bersistirahat cukup lama, jam 15.00 WIB kita melanjutkan perjalanan. Trek-nya terus menanjak tanpa ampun. Kita melewati ilalang-lalang tinggi, dan semak-semak yang semakin rapat. Selama 2 jam berjalan, kita bertemu lagi dengan pos, namanya Pondok PonyokLha, kita bingung karena sesuai petunjuk harusnya kita sampai di Pondok Demit, tidak ada Pondok Ponyok di informasi mana pun.  Usut punya usut, ternyata ini adalah pos baru. Berbeda dengan nama pos lainnya yang menyeramkan, Ponyok ternyata diambil dari nama orang. Entah siapa Ponyok ini. Haha.





Pondok Ponyok tidak sempat saya foto karena susah ambil HP dan keburu lanjut perjalanan. Kita tidak berlama-lama di sini, karena tujuan kita adalah mendirikan tenda di Pondok Angin. Setengah jam kemudian, sampailah kita di Pondok Demit.







Pondok Demit



Jam menunjukkan pukul 16.30 WIB. Kita memutuskan untuk mendirikan tenda di Pondok Demit saja karena hari sudah mulai gelap dan kita sudah kelelahan. Tim dari jember yang kita temui di pondok sumur melanjutkan perjalanan, katanya mereka mau mendirikan tenda di Pondok Angin.





Setelah tenda berdiri, saatnya kita masak! Ini adalah salah satu yang paling saya sukai dari perjalanan ini. Ternyata para lelaki ini pinter masak. Haha. Kalau saya kan pinter masaknya di dapur, bukan di gunung #plak.





Menu malam pertama di gunung adalah.... Nasi putih, orak-arik telor, mie goreng campur gubis, nugget. Yummyy (Engga sempet ambil gambar, keburu laper)





Pondok Demit - Pondok Mayit





Pagi hari kita masak lagi! Menu pagi ini nasi goreng sosis ala si adek. Enak meski Cuma pake bumbu garem dan masako. Sayang, lagi-lagi nggak saya foto.





Kita melanjutkan perjalanan sekitar jam 6 pagi. Jalannya menanjak dan semak belukar sangat rapat di kanan kiri. Sekitar satu jam berjalan, sampailah kita di Pondok Mayit. Ternyata rombongan dari Jember semalam mendirikan Tenda di sini. Kata bapak porter yang nggak ikut mucak, mereka sudah melanjutkan perjalanan tadi pagi jam 06.30 WIB.





Pondok Mayit









Oya, penamaan pos-pos ini memang agak menakutkan, saya juga kurang tau bagaimana sejarahnya. Tapi ada blogger yang menjelaskan sejarah nama-nama pos ini. Coba baca di artikel ini "Misteri Gunung Raung". Entah cerita itu benar atau tidak, yang jelas saya tidak merasakan keanehan sama sekali selama perjalanan.




Pondok Mayit - Pondok Angin




Tak berlama-lama di pondok mayit, kita langsung naik lagi ke Pondok Angin. Lama perjalanan dari pondok Mayit hanya 45 menit - 1 jam, tapi jalannya terus menanjak.







Pondong Angin





Pondok Angin - Puncak Bayangan (3336 MPDL)





Teman-teman yang lain tidak berhenti di Pondok Angin, mereka terus melanjutkan perjalanan ke puncak. Jam menunjukkan pukul 7.44 WIB ketika saya bersiap melanjutkan perjalanan dari Pondok Angin. Semakin mendekati puncak, jalan semakin menanjak tajam dan semak-semak mulai berkurang. Sepanjang perjalanan lebih banyak terlihat tumbuhan bunga abdi.





Sekitar jam 8.30 WIB, saya sampai di lokasi yang gersang. Sama sekali tidak ada tumbuhan di sini, yang ada hanya bebatuan. Dari kejauhan bendera puncak bayangan sudah terlihat.







Curamnya bebatuan membuat kita harus berhati-hati. Salah langkah bisa-bisa jatuh ke jurang. Meski nggak akan mati, tapi kalau cidera waktu turun gunung bisa merepotkan.



Puncak Bayangan 3336 MPDL



Tanggal 1 Januari 2017, Jam 10.00 WIB. Setelah melalui track pendakian yang menanjak tanpa ampun, Akhirnya saya sampai di puncak bayangan Gunung Raung 3336 MPDL. Yeay!




























PULANG





Jam 11.00 WIB. Saya bersama salah seorang teman memutuskan untuk turun duluan karena perut ini sudah lapar nggak tertahankan. Sampai di Pondok Demit, jam menunjukkan pukul 12.00 WIB.





Masak Lagiiii!















Kali ini makanannya saya foto... Hehe. Itu yang dipanci isinya kentang, wortel, campur kornet, makaroni dan sosis, tomat dan susu. Udah ada kentang, tapi dasar orang Indonesia nggak sah kalau nggak pakai nasi. Jadi cara makannya, nasi putih disiram kentang wortel dan kawan-kawan itu tadi, plus pilus. Rasanya seperti makan pasta di pizza hut (serius engga bohong). 





Setelah kenyang, kita siap-siap untuk pulang. Bongkar tenda dan membereskan segalanya butuh waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Rencananya kita akan pulang jam 14.00 WIB, namun ternyata baru selesai jam 15.00 WIB. 





Hujan deras menemani langkah kita menuruni raung. Tanpa disangka, di tengah perjalanan kita bertemu dengan rombongan dari Jember yang sudah turun duluan saat kita memasak tadi. Mereka berhenti dan membuat tenda sederhana. Kita disarankan untuk tidak melanjutkan perjalanan, karena di jalur Pondok Sumur ke bawah banyak lintah. Makhluk ini sangat berbahaya bila terus merayap masuk ke dalam tubuh. bagi yang memakai celana panjang dan terlanjur basah, disarankan untuk mengikat celana bagian bawah dengan karet.





Kita melanjutkan perjalanan sekitar jam 5 sore. Hari sudah pasti gelap ketika sampai di pondok sumur nanti. Akhirnya rencana awal berubah, kita akan terus turun sampai kampung terakhir mengikuti rombongan Jember. Hal ini lebih aman, karena ada penduduk asli yang menemani.





Perjalanan diwarnai dengan banyak break, serangan lintah dan kedinginan. Sempat salah seorang dari kami mengalami kaku otot kakinya. Agar tidak terjadi hal serupa, akhirnya beberapa dari kami ganti baju dengan yang kering.





Kayanya saya perlu skip tulisan ini karena sudah terlalu panjang. Singkat cerita kita sampai di kampung pertama jam 00.30 WIB dengan segala kegemporannya. Kita menginap semalam di rumah warga (Pak Porter), besoknya naik ojek ke basecamp dan pulang. Pendakian Gunung Raung yang emejing, DONE!




Bersama Tim Jember




Thank You My Team!







2 Komentar

  1. saya terakhir lewat jalur itu tahun 2000, saya mau tanya mbak, apa rute menuju puncak masih jelas? atau ada penunjuk arah? mbak kalau ada saya minta nomer kontaknya pos pendaki sumber wringin... thx

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih jelas mas, ikutin tanda aja,tandanya itu plastik yang diiket2 di pohon...

      085236445000, itu nomernya mas. Tapi sekarang lagi musim hujan badai, info terakhir dari teman saya kemarin ada yang muncak tapi cuma sampai pondok sumur, kejebak hujan 2 hari di sana. jadi ngga nyaranin deh kalau bulan ini...

      Hapus